Labels

Belajar, Berbagi, Bermanfaat

Kamis, 28 Januari 2016

Kaca yang kotor

Bismillah:
Sebait catatan nasihat dari (alm) Ustadz Rahmat Abdullah

Pasangan muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.

Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sedang menjemur kain.

"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.

"Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru kepada suaminya:

"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita."

Dan begitulah kehidupan.

Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika HATI kita bersih, maka bersih pula PIKIRAN kita.
Jika PIKIRAN kita bersih, maka bersih pula PERKATAAN kita.
Jika PERKATAAN kita bersih (baik), maka bersih (baik) pula PERBUATAN kita.

Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mencerminkan hidup kita.

Sebuah pepatah kuno mengatakan bahwa "orang benar akan bertunas seperti pohon kurma".

Pohon kurma lazim dijumpai di kawasan Timur Tengah. Dengan kondisi tanah yang kering, gersang, tandus dan kerap dihantam badai gurun yang dahsyat, hanya pohon kurma yang bisa bertahan hidup. Maka, tidak berlebihan kalau pohon kurma dianggap sebagai pohon tahan banting.

Kekuatan pohon kurma ada pada akar-akarnya. Petani di Timur Tengah menanam biji kurma ke dalam lubang pasir lalu ditutup dengan batu. Mengapa biji itu harus ditutup batu? Ternyata, batu itu akan memaksa pohon kurma berjuang untuk tumbuh ke atas. Justru karena pertumbuhan batang mengalami hambatan, hal tersebut membuat pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal. Setelah akarnya menjadi kuat, barulah biji pohon kurma itu bertumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan batu yang menekan di atasnya.

"Ditekan dari atas, supaya bisa mengakar kuat ke bawah."
Bukankah itu prinsip kehidupan yang luar biasa?

Sekarang kita tahu mengapa Allah kerap mengizinkan tekanan hidup datang. Bukan untuk melemahkan dan menghancurkan kita, sebaliknya Allah mengizinkan tekanan hidup itu untuk membuat kita berakar semakin kuat. Tidak sekadar bertahan, tapi ada waktunya benih yang sudah mengakar kuat itu akan menjebol "batu masalah" yang selama ini menekan. Kita pun keluar menjadi pemenang kehidupan.

Allah mendesain kita seperti pohon kurma. Sebab itu jadilah tangguh, kuat dan tegar menghadapi beratnya kehidupan.

Milikilah cara pandang positif bahwa tekanan hidup tidak akan pernah bisa melemahkan, justru tekanan hidup akan memunculkan kita menjadi para pemenang kehidupan.

Baarakallahu fiikum..

Success is

Bismillah :
Nama Ford adalah legenda dalam dunia otomatif, berdiri di Amerika pada 1903 dan masuk ke Indonesia pada 1989. Sebagai orang yang pernah memiliki Ford, saya sempat kaget ketika dikabari Ford akan tutup di Indonesia di awal 2016 ini, seperti tutupnya Sinar Harapan. Ya, Ford sukses di Amerika tapi gagal di Indonesia.

Ketika memberikan coaching, sering saya dihadapkan dengan perkara-perkara teknis. Cuma, pernah juga saya dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Misalnya, tentang makna sukses.

Definisi sukses dan bahagia, sebaiknya kita yang menentukan. Bukan orang lain. Kan anda yang menjalani hidup anda. Bukan orang lain.

Allah yang nentuin.
Anda yang jalanin.
Orang lain yang komentarin.
Hehehe.

Bagi sebagian orang, sukses dan bahagia itu kalau bisa jalan-jalan ke luar negeri. Bolehkah? Yah boleh! Dan biarkan saja mereka bersikap begitu. Anda nggak harus begitu.

Bagi orang tertentu, sukses itu kalau bisa buka usaha dan buka cabang di mana-mana. Baguskah? Yah bagus! Dan biarkan saja mereka memilih begitu. Anda temukan saja definisi sukses anda sendiri.

Bagi orang lainnya, sukses itu kalau bisa dapat apresiasi dari mana-mana. Dihormati. Dihargai. Biarkan saja mereka memilih begitu. Anda cari saja definisi sukses anda sendiri.

Lalu, apa yang saya sarankan? Dengarkan saya baik-baik. Selagi Tuhan-mu dan keluargamu ridha kepadamu, itu saja sudah cukup disebut sukses. Bahkan lebih! Beneran!

Kalau anda hanya mengikuti definisi sukses versi orang lain, anda akan capek sendiri. Keluarga anda, lebih capek. It's true. Cukuplah mengikuti standar dari Tuhan-mu dan kenyamanan menurut keluargamu.

Tatkala orang lain posting foto perjalanan ke luar negeri, posting foto peresmian cabang baru, dan posting foto dapat apresiasi dari pemerintah, yah anda turut senang. Mensyukuri. Tapi hendaknya itu tidak mengusik definisi sukses anda.

Seorang ibu rumahtangga, telaten mengantar anaknya yang masih balita ke sekolah setiap hari, bahkan kadang-kadang nungguin anaknya 1-2 jam di sekolah. Dia pastikan kenyamanan, keselamatan, dan kesolehan anaknya. Tidak layaknya itu disebut sukses? Menurut saya, sangat layak.

Demikian juga seorang penulis, petani, buruh, guru, mahasiswa, dan profesi-profesi lainnya. Mereka pun berhak atas definisi sukses mereka sendiri, tanpa perlu intervensi orang lain. Setuju?

Kali ini saya, Ippho Santosa, berharap anda setuju dengan pendapat saya.

Renungan KISAH RAJA DAN PELAYANNYA.


🌿 🌲
Ada seorang Raja yang mempunyai seorang pelayan, yang dalam setiap kesempatan selalu berkata kepada sang Raja: "Yang Mulia, jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah."
🌿
Suatu hari, mereka pergi berburu, pada saat mana seekor binatang buas menyerang sang Raja. Si pelayan berhasil membunuh binatang tersebut, namun tidak bisa mencegah Rajanya dari kehilangan sebuah jari tangan.
🌿
Geram dengan apa yang dialaminya, tanpa merasa berterima kasih, sang Raja berkata, "Kalau Allah itu baik, saya tidak akan diserang oleh binatang buas dan kehilangan satu jari saya..!"
🌿
Pelayan tersebut menjawab, "Apapun yang telah terjadi kepada Yang Mulia, percayalah bahwa Allah itu baik dan apapun yang dikerjakanNya adalah sempurna, Ia tak pernah salah."
🌿
Merasa sangat tersinggung oleh respon pelayannya, sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawalnya untuk memenjarakan si pelayan. Sementara dibawa ke penjara, pelayan tersebut masih saja mengulangi perkataannya: "Allah adalah baik dan sempurna adanya."
🌿
Dalam suatu kesempatan lain, sang Raja pergi berburu sendirian, dan karena pergi terlalu jauh ia ditangkap oleh orang-orang primitif yang biasa menggunakan manusia sebagai korban.
🌿
Diatas altar persembahan, orang-orang primitif tersebut menemukan bahwa sang Raja tidak memiliki jari yang lengkap. Mereka kemudian melepaskan Raja tersebut karena dianggap tidak sempurna untuk dipersembahkan kepada dewa mereka.
🌿🌵🍁
Sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan si pelayan dari tahanan, dan Raja itu berkata: "Temanku.. Allah sungguh baik kepadaku. Aku hampir saja dibunuh oleh orang primitif, namun karena jariku tidak lengkap, mereka melepaskanku."
Tapi aku punya sebuah pertanyaan untukmu. "Kalau Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan aku memenjarakanmu ?
🌴🌾🌿🌵🍁
Sang pelayan menjawab: "Yang Mulia, kalau saja baginda tidak memenjarakan saya, baginda pasti sudah mengajak saya pergi berburu, dan saya pasti sudah dijadikan korban oleh orang-orang primitif sebab semua anggota tubuh saya masih lengkap."
🌴🌾🌿🌵🍁
Semua yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah. Seringkali kita mengeluh mengenai hidup kita, dan pikiran negatif pun membunuh pikiran kita yang positif
🌴🌾🌿🌵🍁
Marilah berpikir positif dan percayalah akan kebaikan Allah setiap saat.
🌴🌿🌾🌵🍁
Allah pasti tahu mengapa Ia memilihmu untuk membaca pesan ini. Berbagilah dengan orang-orang yang anda kenal.
🌴🌿🌵🌻🌹
Selamat berbaik sangka kepada Allah, atas segala kejadian & keadaan hidup kita..

Kamis, 21 Januari 2016

BERSABARLAH MENGETUK PINTU

RENUNGAN PAGI :                   .
________________

● قال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى :
• تعلمت الصبر من صبي صغير :
ذهبت مرة إلى المسجد فوجدت امرأة داخل دارها تضرب ابنها وهو يصرخ ففتح الباب وهرب فأغلقت عليه الباب ..

• قال : فلما رجعتُ نظرتُ ، فلقيت الولد بعدما بكى قليلا نام على عتبة الباب يستعطف أمه فرق قلب الأم ففتحت له الباب.

• فبكى الفضيل حتى ابتلت لحيته بالدموع
وقال : سبحان الله !
لو صبر العبد على باب الله عز وجل - لفتح الله له !

• قال "أبو الدرداء" رضي الله عنه ":
جدوا بالدعاء فإنه من يكثر قرع الباب يوشك أن يفتح له

Fudhail Ibnu 'Iyadh rahimahullahu berkata:

"Saya belajar 'KESABARAN' dari seorang anak kecil...       ..                                                                                                                                    Suatu hari saya berangkat menuju masjid, tiba-tiba saya mendapati seorang ibu memukuli putranya di dalam rumah dan anaknyapun menjerit (kesakitan) sehingga ia membuka pintu rumah kemudian kabur dan sang ibu pun mengunci pintu rumahnya (agar putranya tidak bisa masuk)".

Fudhail rahimahullahu melanjutkan :

"Sepulangnya dari masjid aku perhatikan dan akupun jumpai anak tersebut setelah ia menangis beberapa saat, ia tertidur di ambang pintu untuk meminta belas kasih ibunya...                                       Maka luluhlah hati sang ibu, sehingga sang ibu pun membukakan pintu untuk putranya".

Akhirnya Fudhail Ibnu 'Iyadh rahimahullahu pun tidak bisa menahan air matanya sehingga jenggotnya basah dengan air mata.                                     Lalu beliau rahimahullahu berkata :                                                  "Subhaanallah, seandainya seorang hamba BERSABAR dalam mengtuk pintu Allah 'Azza wajalla, niscaya Allah akan MEMBUKAKAN pintu untuknya".

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata :                           "Bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a, karena siapa saja yang banyak mengetuk pintu Allah maka pintu tersebut akan segera terbuka untuknya."                     (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 6/20)                                     
Baarakallahu fiikum.     Semoga bermanfaat

Cemburu

Cemburu merupakan refleksi dari perasaan cinta yang muncul ketika orang yang dicintai melakukan tindakan tidak sesuai. Tidak hanya terjadi pada manusia, ternyata Allah Azza Wajala juga cemburu kepada hamba-Nya.

Bahkan dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa tidak seorang pun cemburu melebihi dari cemburunya  Allah. Jika manusia bisa begitu murka ketika terbakar cemburu, maka bagaimana dengan cemburunya sang maha pencipta ini?

Manusia sejatinya harus memahami kecemburuan Allah SWT. Ini untuk menghindari kemurkaan karena manusia sudah terlalu jauh dari-Nya. Caranya adalah dengan  menghindari hal-hal yang membuat Allah SWT cemburu. Lantas apa saja tindakan tersebut? Berikut ulasannya.

Cemburu sebenarnya adalah fitrah manusia dan bukan merupakan sifat Allah yang berbeda dengan makhluk. Kata ini dalam hadist Rasulullah merupakan diksi untuk melukiskan sebuah ilustrasi rasa, kata indah  untuk mendeskripsikan sebuah suasana bahwasannya Dzat Maha Pencipta Allah Aza Wajala yang menggenggam Cinta atas hamba-Nya.

Salah satu yang membuat Allah SWT cemburu adalah ketika manusia berbuat sesuatu yang keji. Hal ini dijelaskan Nabi Muhammad dalam hadis riwayat Bukhari berikut ini.

“Tidak ada sesuatu yang lebih cemburu selain Allah, karena itu Dia mengharamkan Segala macam kekejian.” (H.R Bukhari).

Dalam riwayat lain, dari Aisyah Radiyallahu Anha dikisahkab bahwa Rasulullah SAW pernah dalam sebuah khutbahnya begitu menggebu-gebu ketika menjelaskan tentang ini. Saat itu terjadi gerhana matahari, setelah shalat bersama sahabat, beliau saw berdiri dalam mimbar dan berpesan panjang, diakhir khutbah itu Rasulullah bersabda yang artinya:

“…Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan”. (Shahih Muslim No.1499)

Rasulullah saw bersabda; “Tidak ada seorangpun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji” (Bukhari Muslim)

Cinta Allah lah yang sejatinya paling besar kepada hamba-hamba-Nya. Apa yang dicemburui Allah juga merupakan hal-hal yang menjaga kebaikan diri kita di dunia dan akhirat.

Rabu, 20 Januari 2016

PERAYAAN TAHUN BARU❗❗❗

🍀Tatkala lembaran kalender tinggal tersisa beberapa lembar saja, dan angka-angka di dalamnya sudah berkepala dua, kebanyakan orang mulai sibuk mempersiapkan gegap gempita datangnya tahun baru masehi.

🍀Penjaja terompet bertebaran di pinggir-pinggir jalan. Toko-toko dan pusat perbelanjaan saling bersaing dengan membandrol diskon besar-besaran khusus tahun baru.

Lalu, bagaimana islam memandang perayaan tahun baru ini❓

🌸Telah diketahui semua orang bahwa perayaan tahun baru masehi bukanlah kebudayaan islam. Bahkan kebudayaan ini berasal dari kebudayaan non muslim.

🌸Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya untuk, meninggalkan dan menjauhi perayaan-perayaan terutama yang berulang pada setiap tahunnya (‘Ied) yang berasal dari non muslim.

🌿 Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

"saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main.
Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini ?”
Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah.”
Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Iedul Adha dan Iedul Fithri.” (HR. Abu Dawud)

🌾 Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

“Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka.” (Lihat ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarah hadits no. 3512)

Kemudian Allah juga mengisyaratkan hal yang sama. Allah Ta’ala menjelaskan ciri-ciri ‘Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah yang beriman):

والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Qs. Al-Furqan: 72)

🌸 Sebagian ulama seperti Rabi’ bin Annas rahimahullah menafsirkan الزور (az zuur) pada ayat diatas dengan “hari-hari besar kaum musyrikin” (Lihat Mukhtashor Al Iqtidho‘)

✅ Maka, sikap hamba-hamba Allah yang beriman terhadap perayaan orang-orang non muslim adalah tidak mengikutinya, namun berlalu saja dengan penuh kemuliaan sebagai seorang muslim.

🌸Maka juga termasuk  bentuk merayakan seperti menghadiri,  atau minimal hanya membeli terompet saja untuk merayakannya, hal ini bertentangan dengan ayat diatas dan patut diragukan keimanannya.

Islam Melarang Tabdzir❗

🍂Dalam merayakan tahun baru, tentu ada biaya yang dikeluarkan. Bahkan, sampai-sampai ada yang menghabiskan uang 1 sampai 2 milyar hanya untuk mengadakan acara peringatan pergantian tahun!?!

Padahal acara tersebut tidak memiliki manfaat yang begitu berarti, baik untuk kebutuhan duniawi apalagi kebutuhan ukhrowi.

🍂Maka acara seperti ini dalam syariat islam dinilai sebagai acara yang sia-sia saja. Sehingga menghamburkan banyak harta dalam acara seperti ini adalah termasuk menyia-nyiakan harta, atau disebut juga tabdzir,

Allah melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang disebut mubadzir.

Allah Ta’ala berfirman:

إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا

“Sesungguhnya para mubadzir (pemboros) itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar terhadap Rabbnya.” (Qs. Al Isra: 27)

Allah Ta’ala tidak mencintai orang-orang yang memboroskan harta. Sedangkan uang yang digunakan untuk perayaan tahun baru adalah termasuk perkara membuang-buang harta.

🍂Maka seorang muslim yang baik tidak akan mau dengan mudah membuang-buang harta hanyanya untuk perayaan semacam ini yang sama sekali tidak akan menambah kemuliaannya di dunia maupun di akhirat.

Islam Melarang Bergadang Tanpa Manfaat❗

🍃Pada malam tahun baru, kebanyakan orang akan menunda jam tidur mereka demi menunggu hingga pukul 12 malam, dimana terjadi pergantian tahun masehi.

🍃Mereka isi waktu tersebut dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota, dan banyak hal yang tidak bermanfaat yang dilakukan.

🍁Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci ngobrol-ngobrol atau kegiatan tak berguna lainnya yang  dilakukan setelah selesai shalat isya.

🍁Jika tidak ada kepentingan, Rasulullah menganjurkan untuk langsung tidur, agar dapat bangun di malam hari untuk beribadah.

🌱Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kepada kami tercelanya mengobrol sesudah shalat ‘lsya.'” (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

*Islam sebagai agama yang penuh rahmah,melarang umatnya untuk bergadang tanpa manfaat.*‏

🌱Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang; Orang yang akan shalat atau musafir.” (HR. Ahmad)

Maka orang yang begadang, menghabiskan malamnya  untuk menunggu dan menikmati tahun baru, telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas.

Dengan begadang, mereka melalaikan shalat malam, berdzikir pada Allah Ta’ala, di pagi hari pun kesiangan dan telat melaksanakan sholat shubuh. Sungguh, banyak sekali kerugian akibat dari mengikuti perayaan tahun baru ini.

📃Sedikit uraian diatas semoga dapat dijadikan sebagai renungan bagi kita untuk berpikir seribu kali sebelum mengikuti dan menghadiri acara perayaan tahun baru.

🔄 Karena selain terdapat larangan untuk mengikutinya, juga terdapat kerugian yang besar akibat dari mengikutinya. Wallahu’alam.

✒Penulis: Ummu Sufyan & Abu Muhammad

Muroja’ah: Ust. Subkhan Khadafi, Lc.

💻Artikel www.muslimah.or.id

SEKOLAH 'KNOWING' x SEKOLAH 'BEING'

Ini bagus untk d baca org tua , guru maupun pihak sekolah d manapun itu

Satu hari sy kedatangan seorang tamu dr Eropa. Sy menawarkan kepadanya melihat2 objek wisata kota Jakarta.

Pada saat kami ingin menyeberang jalan, teman sy ini selalu berusaha utk mencari zebra cross. Berbeda dgn sy dan org Jakarta yg lain, dgn mudah menyeberang dimana saja sesukanya.

Teman sy tetap tdk terpengaruh oleh situasi. Dia terus mencari zebra cross setiap kali akan menyeberang. Padahal di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dgn zebra cross.

Yg lbh memalukan, meskipun sdh ada zebra cross tetap saja para pengemudi tancap gas, tidak mau mengurangi kecepatan guna memberi kesempatan pada para penyeberang. Teman sy geleng2 kepala mengetahui perilaku masyarakat kita.

Akhirnya sy coba menanyakan pandangan teman sy ini mengenai fenomena menyeberang jalan tadi.

Sy bertanya mengapa orang2 di negara kami menyeberang tidak pada tempatnya, meskipun mereka tahu bahwa zebra cross itu adalah utk menyeberang jalan. Sementara dia selalu konsisten mencari zebra cross meskipun tidak semua jalan di negara kami dilengkapi dgn zebra cross.

Pelan2 dia menjawab pertanyaan saya, "It's all happened because of The Education System."

Wah, bukan main kagetnya sy mendengar jawaban teman sy. Apa hubungan menyeberang jalan sembarangan dgn sistem pendidikan?

Dia melanjutkan penjelasannya,
"Di dunia ini ada 2 jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yg hanya menjadikan anak2 kita menjadi mahluk 'Knowing' atau sekedar tahu saja, sedangkan yg kedua sistem pendidikan yg mencetak anak2 menjadi mahluk 'Being'.

Apa maksudnya?

Maksudnya, sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal utk diketahui para siswa. Sekolah tidak mampu membuat siswa mau melakukan apa yg diketahui sebagai bagian dr kehidupannya.

Anak2 tumbuh hanya menjadi 'Mahluk Knowing', hanya sekedar 'mengetahui' bahwa:
- zebra cross adalah tempat menyeberang,
- tempat sampah adalah utk menaruh sampah.

Tapi mereka tetap menyeberang dan membuang sampah sembarangan.

Sekolah semacam ini biasanya mengajarkan banyak sekali mata pelajaran. Tak jarang membuat para siswanya stress, pressure & akhirnya mogok sekolah. Segala macam diajarkan dan banyak hal yg diujikan,
tetapi tak satupun dr siswa yang menerapkannya setelah ujian. Ujiannya pun hanya sekedar tahu, 'Knowing'.

Di negara kami, sistem pendidikan benar2 diarahkan utk mencetak manusia2 yg 'tidak hanya TAHU apa yg benar tetapi MAU melakukan apa yg benar sebagai bagian dr kehidupannya'.

Di negara kami, anak2 hanya diajarkan 3 mata pelajaran pokok:
1. Basic Sains
2. Basic Art
3. Social

Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus dan dibandingkan dgn kejadian nyata di seputar kehidupan mereka.

Mereka tidak hanya TAHU, mereka juga MAU menerapkan ilmu yg diketahui dlm keseharian hidupnya. Anak2 ini jg tahu persis alasan mengapa mereka mau atau tidak mau melakukan sesuatu.

Cara ini mulai diajarkan pd anak sejak usia mereka masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yg kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk 'Being', yakni manusia2 yg melakukan apa yg mereka tahu benar."

Wow!

Betapa sekolah begitu memegang peran yg sangat penting bagi pembentukan perilaku & mental anak2 bangsa.

Betapa sebenarnya sekolah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga sertifikasi yg hanya mampu memberi ijazah para anak bangsa.

Kita mestinya lebih mengarahkan pendidikan utk mencetak generasi yg tidak hanya sekedar TAHU tentang hal2 yg benar, tp jauh lebih penting utk mencetak anak2 yg MAU melakukan apa2 yg mereka ketahui itu benar, mencetak manusia2 yg 'Being'.

Apakah tempat anak2 kita bersekolah telah menerapkan sistem pendidikan & kurikulum yg akan menjadikan anak2 kita utk menjadi mahluk 'Being' atau hanya sekedar 'Knowing' ?

'Mengetahui Yang Benar' tetapi 'Tidak Pernah Melakukan Dengan Benar' sama dengan 'Tidak Mengetahui'.

Sistem Pendidikan Terbaik Oleh: Muhammad Husnan

Bismillahirrohmanirrohim..
Baca sebentar, semoga bermanfaat :)

Sekitar Empat tahun yang lalu tepatnya di
awal Ramadhan 1433 H Saya mengikuti
kuliah subuh di Masjid dekat rumah. Ustadz
yang berceramah menceritakan kisah nyata dari seorang rektor salah satu perguruan
tinggi swasta di Indonesia yang sedang
mencari sistem pendidikan terbaik yang
dapat menghasilkan dan mencetak generasi
yang cerdas, bermartabat dan bisa
bermanfaat bagi bangsa dan agama. Untuk mencari sistem pendidikan terbaik,
rektor tersebut pergi ke Timur Tengah untuk
meminta nasihat dari seorang ulama
terkemuka di sana. Ketika bertemu dengan
ulama yang ingin ditemuinya, lalu dia
menyampaikan maksudnya untuk meminta saran bagaimana menciptakan sistem
pendidikan terbaik untuk kampus yang
dipimpinnya saat ini.
Sebelum menjawab pertanyaan dari rektor,
ulama tersebut bertanya bagaimana sistem
pendidikan saat ini di Indonesia mulai dari tingkat bawah sampai paling atas?
Rektor menjawab, "paling bawah mulai dari
SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun,
D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 1.5 - 2
tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling
tinggi. Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu
sekitar 18 tahun ya? Tanya Sang Ulama.
Iya, jawab rektor tersebut.
Lalu bagaimana jika hanya lulus sampai di SD
saja selama 6 tahun, pekerjaan apa yang
akan bisa didapat? Tanya kembali Sang Ulama.
Kalau hanya SD paling hanya buruh lepas
atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan
pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan
yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di
negeri Kami. Jawab si rektor. Jika Lulus SMP bagaimana?
Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau
cleaning service, jawab kembali si rektor.
Kalau SMA bagaimana?
Kalau lulus SMA masih agak mending
pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-peru sahaan, lanjut si rektor.
Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana? Bertanya
kembali Sang Ulama. Klo lulus D3 atau S1 bisa
sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung
jadi manager di sebuah perusahaan, kata si
rektor. Berarti untuk mendapatkan pekerjaan yang
enak di negeri Anda minimal harus lulus D3/
S1 atau menempuh pendidikan selama
kurang lebih 15-16 tahun ya? Tanya kembali
sang Ulama. Iya betul, jawab si rektor.
Sekarang coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Misal selama
6 tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan
menghapal Al-Qur'an, apakah bisa hapal 30
juz? Tanya Sang Ulama. Inshaa Alloh bisa,
jawab si rektor dengan yakin. Apakah ada
hafidz Qur'an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti
yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang
hanya Lulus SD? Kembali tanya Sang Ulama.
Tidak ada, jawab si rektor.
Jika dilanjut 3 tahun berikutnya mempelajari
dan menghapal hadis apakah bisa menghapal ratusan hadis selama 3 tahun? Bisa, jawab si
rektor. Apakah ada di negara Anda orang
yang hapal Al-Qur'an 30 juz dan ratusan hadis
menjadi OB atau cleaning service? Tidak ada,
jawab kembali si rektor.
Lanjut 3 tahun setelah itu mempelajari tafsir Al-Qur'an, apakah ada di negara Anda orang
yang hafidz Qur'an, hapal hadis dan bisa
menguasai tafsir yang kerjanya sebagai
operator di pabrik? Tanya kembali ulama
tersebut. Tidak ada, jawab si rektor. Rektor
tersebut mengangguk mulai mengerti maksud sang ulama.
Anda mulai paham maksud Saya? Ya, jawab
si rektor.
Berapa lama pelajaran agama yang
diberikan dalam seminggu? Kurang lebih 2-3
jam, jawab si rektor. Sang ulama melanjutkan pesannya kepada si
rektor, jika Anda ingin mencetak generasi
yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi
bangsa dan agama, serta mendapatkan
pekerjaan yang layak setelah lulus nanti,
Anda harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi mengutamakan
orientasi akhirat karena jika Kita berfokus
pada akhirat inshaa Alloh dunia akan didapat.
Tapi jika sistem pendidikan Anda hanya
berorientasi pada dunia, maka dunia dan
akhirat belum tentu akan didapat. Pelajari Al-Qur'an karena orang yang
mempelajari Al-Qur'an, Alloh akan
meninggikan derajat orang tersebut di mata
hamba-hambaNya. Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan orang yang hafidz
Qur'an di negara Anda atau di negara
manapun yang berprofesi sebagai tukang
sapu atau buruh lepas walaupun orang
tersebut tidak belajar sampai ke jenjang
pendidikan yang tinggi karena Alloh yang memberikan pekerjaan langsung untuk para
hafidz Qur'an. Hafidz Qur'an adalah salah satu
karyawan Alloh dan Alloh sayang sama
mereka dan akan menggajinya lewat cara-
cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji
bulanan tapi hidup berkecukupan. Itulah pesan Sang Ulama kepada rektor
tersebut. Mari kita didik diri dan keluarga
kita agar senantiasa selalu membaca,
mempelajari, dan menghapal Al-Qur'an agar
hidup kita dimudahkan dan berkecukupan.
Totalitas menjadi karyawan Alloh bukan hanya karyawan dari seorang manusia.
Semoga bermanfaat.
Silahkan dishare agar semakin banyak yang
terinspirasi untuk mempelajari dan
menghapal Al-Qur'an

Aku tak Mau Menghafal Doa Ini!

Bismillaah

Aku adalah salah seorang guru di sebuah Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di salah satu kota besar di negeri ini. Hampir setiap maghrib aku habiskan waktuku bersama anak-anak kecil. Mengajari mereka membaca Al-Quran, menghafal doa-doa umum, dan menghafal surat-surat pendek bukanlah hal yang membosankan bagiku. Tawa canda mereka, kepolosan mereka, dan kenakalan mereka, seolah-olah membawa kebahagiaan tersendiri bagiku.

Pada suatu pertemuan, setelah mendampingi murid-muridku dalam membaca Al-Quran, kuminta mereka untuk menghafal seuntai doa. Ya! Doa yang telah umum diketahui, yaitu doa untuk orang tua: Rabbighfirlì waliwàlidayya warhamhumà kamà rabbayànì shaghìrà. Secara bahasa, terjemahan doa tersebut kurang lebih seperti ini, “Ya Tuhan, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil”. Aku tak pernah meminta murid-muridku untuk menghafal seuntai doa kecuali dihafal juga terjemahannya.

Seperti biasa, mereka yang telah berhasil menghafalnya dipersilakan pulang duluan. Kulihat murid-muridku menghafalkannya dan berusaha untuk menjadi yang pertama kali pulang. Satu per satu mulai menunjukkan hafalannya kepadaku. Mereka pun pulang setelah kunyatakan hafalannya diterima hingga tinggal tersisa satu anak lagi.

Kudengar hafalannya tak pernah sampai selesai. “Rabbighfirlì… waliwàlidayya… warhamhumà…”, ucapnya terbata-bata berusaha mengingat apa yang ia hafal. Ia berhenti sejenak. Lalu ia mengulanginya lagi dari awal. Ia terus melakukan hal yang sama berulang-ulang. Akhirnya aku menimpali hafalannya, “Kamà rabbayànì shaghìrà”.

Rupanya, ia tak menghiraukanku. Ia kembali memperlancar potongan doa yang telah dihafalnya. Kutimpali lagi dan ia tak menghiraukanku. Pada kali yang ketiga, setelah kutimpali hafalannya, ia berhenti sejenak dan mendekatiku seraya berkata, “Pak Ustadz, aku tak mau menghafal doa ini!”
Dengan sedikit heran, aku bertanya, “Lho, kenapa?”

Dengan sedikit gugup, ia menjawab, “Ayah dan Ibu sibuk bekerja. Sering sekali aku tidur di rumah hanya dengan bibi (asisten rumah tangga). Jika keduanya sedang ada di rumah, aku tak pernah mendengar salah satu dari mereka membaca Al-Quran. Keduanya lebih banyak menghabiskan waktu di depan handphone atau laptopnya. Keduanya sering sekali membelikanku mainan tapi keduanya tak ada yang mau bermain denganku. Mainan itu hanya sebagai pengalih agar aku tak mengganggu pekerjaan mereka.”

Aku menghela nafas panjang.
“Pak Ustadz, aku tak mau menghafal doa ini. Aku tak mau Allah menyayangi orang tuaku sebagaimana orang tuaku menyayangiku”, tutupnya.
Mataku berlinang. Kukatakan kepadanya, “Semoga Allah merahmatimu. Cukuplah menghafal doanya hanya Rabbighfirlì waliwàlidayya warhamhumà dan kamu boleh pulang.”

Kini aku mengerti, sayangnya kita kepada anak-anak kita boleh jadi adalah parameter sayangnya Allah kepada kita.

Jadilah orang tua yg hebat, ayah bunda 😌

Ditulis oleh:
Rasta Taleowak

Disunting oleh:
Ismi Kids😭😭