Labels

Belajar, Berbagi, Bermanfaat

Kamis, 28 Januari 2016

Success is

Bismillah :
Nama Ford adalah legenda dalam dunia otomatif, berdiri di Amerika pada 1903 dan masuk ke Indonesia pada 1989. Sebagai orang yang pernah memiliki Ford, saya sempat kaget ketika dikabari Ford akan tutup di Indonesia di awal 2016 ini, seperti tutupnya Sinar Harapan. Ya, Ford sukses di Amerika tapi gagal di Indonesia.

Ketika memberikan coaching, sering saya dihadapkan dengan perkara-perkara teknis. Cuma, pernah juga saya dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Misalnya, tentang makna sukses.

Definisi sukses dan bahagia, sebaiknya kita yang menentukan. Bukan orang lain. Kan anda yang menjalani hidup anda. Bukan orang lain.

Allah yang nentuin.
Anda yang jalanin.
Orang lain yang komentarin.
Hehehe.

Bagi sebagian orang, sukses dan bahagia itu kalau bisa jalan-jalan ke luar negeri. Bolehkah? Yah boleh! Dan biarkan saja mereka bersikap begitu. Anda nggak harus begitu.

Bagi orang tertentu, sukses itu kalau bisa buka usaha dan buka cabang di mana-mana. Baguskah? Yah bagus! Dan biarkan saja mereka memilih begitu. Anda temukan saja definisi sukses anda sendiri.

Bagi orang lainnya, sukses itu kalau bisa dapat apresiasi dari mana-mana. Dihormati. Dihargai. Biarkan saja mereka memilih begitu. Anda cari saja definisi sukses anda sendiri.

Lalu, apa yang saya sarankan? Dengarkan saya baik-baik. Selagi Tuhan-mu dan keluargamu ridha kepadamu, itu saja sudah cukup disebut sukses. Bahkan lebih! Beneran!

Kalau anda hanya mengikuti definisi sukses versi orang lain, anda akan capek sendiri. Keluarga anda, lebih capek. It's true. Cukuplah mengikuti standar dari Tuhan-mu dan kenyamanan menurut keluargamu.

Tatkala orang lain posting foto perjalanan ke luar negeri, posting foto peresmian cabang baru, dan posting foto dapat apresiasi dari pemerintah, yah anda turut senang. Mensyukuri. Tapi hendaknya itu tidak mengusik definisi sukses anda.

Seorang ibu rumahtangga, telaten mengantar anaknya yang masih balita ke sekolah setiap hari, bahkan kadang-kadang nungguin anaknya 1-2 jam di sekolah. Dia pastikan kenyamanan, keselamatan, dan kesolehan anaknya. Tidak layaknya itu disebut sukses? Menurut saya, sangat layak.

Demikian juga seorang penulis, petani, buruh, guru, mahasiswa, dan profesi-profesi lainnya. Mereka pun berhak atas definisi sukses mereka sendiri, tanpa perlu intervensi orang lain. Setuju?

Kali ini saya, Ippho Santosa, berharap anda setuju dengan pendapat saya.

0 komentar:

Posting Komentar