Labels

Belajar, Berbagi, Bermanfaat

Senin, 07 Maret 2016

Kaya lebih utama dari miskin

[Ilmun Nafi’ Taushiyah Center]
One Day One Hadith
Edisi: Selasa 23.Rabi’ul Akhir.1437

> Dalil Bahwa Kaya Lebih Utama Daripada Miskin (2)

صحيح البخاري ـ 73- سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهْوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا.
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidak boleh hasad / iri kecuali terhadap dua hal: 1. (Terhadap) seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia diberi kekuasaan/kemampunan untuk menghabiskan harta tersebut di jalan kebenaran. 2. (Terhadap) seseorang yang diberi hikmah (ilmu) oleh Allah, lalu dia mengamalkannya/ menghukumi dengannya dan mengajarkannya (kepada orang lain). HR Al-Bukhari 73.

عمدة القاري شرح صحيح البخاري (3/ 25)
قوله فسلط على هلكته في هذه العبارة مبالغتان احداهما التسليط فإنه يدل على الغلبة وقهر النفس المجبولة على الشح البالغ والأخرى لفظ على هلكته فإنه يدل على أنه لا يبقي من المال شيئا ولما أوهم اللفظان التبذير وهو صرف المال فيما لا ينبغي ذكر قوله في الحق دفعا لذلك الوهم
Sabda beliau: “Lalu dia diberi kekuasaan/kemampunan untuk menghabiskan harta tersebut” Pada ungkapan ini terdapat dua mubalaghah (yaitu, pernyataan yang dilebih-lebihkan). Pertama, pada kalimat “Lalu dia diberi kekuasaan/kemampunan”, maka kalimat tersebut menunjukkan kemenangan dan keberhasilan untuk memaksa diri yang cenderung sangat kikir / bakhil. Kedua, pada kalimat “untuk menghabiskan harta tersebut”, maka kalimat tersebut menunjukkan bahwa harta tersebut tidak tersisa sedikipun.
Nah, karena dua kalimat tersebut memberikan kesan perbuatan tabdzir –yaitu, membelanjakan/menghabiskan harta tidak pada tempat yang semestinya-, maka disebutkan pada sabda beliau selanjutnya “pada jalan kebenaran” untuk menolak adanya kesan tersebut. (Umdatul Qari –Al-‘Aini- 3/25)

شرح صحيح البخارى ـ لابن بطال (3/ 408)
قال بعض أهل العلم : إنفاق المال فى حقه ينقسم ثلاثة أقسام :
Sebagian Ulama berkata: Menginfakkan harta pada jalan kebenaran, itu terbagi menjadi tiga bagian:

فالأول أن ينفق على نفسه ، وأهله ، ومن تلزمه نفقته غير مقتر عما يجب لهم ، ولا مسرف فى ذلك ، كما قال تعالى : ( والذين إذا أنفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا وكان بين ذلك قوامًا ) [ الفرقان : 67 ] ، وهذه النفقة أفضل من الصدقة ، ومن جميع النفقات ، لقوله ( صلى الله عليه وسلم ) : ( إنك لن تنفق نفقة تبتغى بها وجه الله إلا أجرت عليها حتى اللقمة تضعها فِى فىّ امرأتك ) .
Yang pertama: menginfakkan hartanya kepada dirinya, keluarganya, dan orang yang dia berkewajiban untuk menafkahinya, dengan tidak pelit / membatasi yang semestinya wajib diberikan kepada mereka dan tidak pula berlebihan padanya; sebagaimana kalam Allah: “Dan orang-orang yang apabila berinfak/membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu / infak itu) di tengah-tengah antara demikian.” QS. Al-Furqan: 67.
Dan infak ini lebih utama daripada sedekah dan semua bentuk infak yang lain, berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan sesuatu dengan maksud mencari keridlaan Allah, melainkan engkau pasti akan diberi pahala karenanya, bahkan sesuap (makanan) yang engkau letakkan di mulut istrimu”.

وقسم ثان : وهو أداء الزكاة ، وإخراج حق الله تعالى لمن وجب له . وقد قيل : من أدى الزكاة فقد سقط عنه اسم البخل .
Yang kedua: Menunaikan zakat, dan mengeluarkan hak Allah kepada orang yang berhak mendapatkannya.
Konon: Orang yang sudah menunaikan zakat, maka gugurlah sifat/julukan bakhil dari dirinya.

وقسم ثالث : وهو صلة الأهل البعداء ومواساة الصديق ، وإطعام الجائع ، وصدقة التطوع كلها فهذه نفقة مندوب إليها مأجور عليها ، لقوله ( صلى الله عليه وسلم ) : ( الساعى على الأرملة واليتيم كالمجاهد فى سبيل الله ) .
Yang ketiga: menyambung keluarga yang berada di tempat yang jauh, membahagiakan teman, memberi makan orang yang kelaparan, dan semua jenis sedekah sunah lainnya; infak seperti ini dianjurkan untuk dilakukan dan akan mendatangkan pahala; sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “ Orang yang mengurusi para janda dan anak yatim itu (pahalanya) seperti orang yang berjihad di jalan Allah”.

فمن أنفق فى هذه الوجوه الثلاثة فقد وضع المال فى موضعه ، وأنفقه فى حقه ، ووجب حسده ، وكذلك من آتاه الله حكمته فعلمها فهو وارث منزلة النبوة ، لأنه يموت ويبقى له أجر من علّمه ، وعمل بعلمه إلى يوم القيامة ، فينبغى لكل مؤمن أن يحسد من هذه حاله ، والله يؤتى فضله من يشاء .
Barangsiapa yang menginfakkan hartanya pada tiga bagian ini, maka berarti dia telah meletakkan harta pada tempat yang semestinya dan telah menginfakkan/membelanjakannya pada haknya (di jalan yang benar), dan (kita) harus hasad / berkeinginan untuk menjadi sepertinya.
Demikian pula, orang yang diberi hikmah oleh Allah lantas dia mengajarkannya, maka dia adalah pewaris kedudukan kenabian. Sebab, ketika dia mati, maka pahala orang yang diajarinya dan mengamalkan ilmunya akan terus berkelanjutan mengalir kepada dirinya sampai hari kiamat. Maka, pantas bagi setiap mukmin untuk hasad / berkeinginan untuk menjadi seperti keadaan orang ini. Namun, -perlu diingat- bahwa Allah itu akan memberikan karunia / keutamaan-Nya kepada orang yang dia kehendaki. (Syarhu Shaihil Bukhari –Ibnu Baththal- 3/408)

Ya Rabbana.. jadikanlah kami seperti dua orang yang disebutkan dalam hadits ini.. Aaamiin..

==================================================
Yuk.. Raih Pahala Dengan Cara ..
Share Taushiyah ini ke seluruh penjuru dunia.. Ok?

Admin:
Aa Fillah [Call/SMS : 087736440336 WhatsApp 087835446606]

0 komentar:

Posting Komentar