Labels

Belajar, Berbagi, Bermanfaat

Senin, 07 Maret 2016

KEKUATAN VISI PEMIMPIN MUSLIM

Assalammualikum Wr Wb

Kisah yang menggetarkan hati..

Berawal dari sejarah Rasulullah SAW pada saat membangun parit untuk persiapan perang Khandaq. Salah seorang sahabat bertanya, ‘’Ya Rasulullah.. setelah perang Khandaq ini, lalu kota manalagi yang akan kita taklukan, Konstantinopel atau Roma?’’

Rasulullah berkata, ‘’Kota yang dipimpin oleh Hericlius (Roma)!”

Rasulullah kemudian membuat visi jangka panjangnya dalam sebuah hadist, “Kalian pasti akan membebaskan Kostantinopel. Pemimpin yang melakukannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”.

Sejak saat itu, berlomba-lomba para pemimpin Islam secara turun-temurun ingin menjadi pemimpin yang dimaksud dalam visi Rasulullah tersebut, menaklukan Konstantinopel. Hingga 800 tahun berlalu, lahirlah seorang anak bernama Muhammad Al Fatih.

Ini adalah tentang Muhammad Al Fatih.
Ia adalah putra dari Sultah Murad II. Pemimpin kesultanan Turki Ustmani.

Setiap pagi, Muhammad Al-fatih kecil sudah ditanamkan visi oleh sang ayah dengan dibawa melihat tembok Benteng Konstantinopel yang kokoh setinggi 18 meter dari kejauhan. Konstantinopel dikelilingi oleh benteng berlapis tiga yang membentang sepanjang kota. Pada lapisan pertama, ada pembatas sungai yang di dalamnya terdapat buaya-buaya ganas.  Pada lapisan kedua terdapat pasukan pemanah berjumlah ribuan yang siap memanah. Dan begitu juga benteng lain yang sangat kokoh. Selama 11 abad, Konstantinopel tidak pernah bisa ditaklukkan oleh siapapun.

‘’Wahai Muhammad Al-fatih, kamu tahu apa itu? Itu tembok konstantinopel dan tahukah engkau bagaimana janji Rasulullah? Janjinya adalah kota konstantinopel akan jatuh ke tangan islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. Saya yakin kelak kau yang akan menaklukkannya, Nak.’’

Al-Fatih kecil pun menjawab, “Iya! Saya ingin menaklukkan Konstantinopel. Dan karena saya ingin menaklukkannya, maka saya akan memantaskan diri.”

Apa yang ia lakukan? Memantaskan diri. Muhammad Al Fatih mempelajari dan sudah hafal Alquran 30 juz di usianya yang ke 8 tahun, ia mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, ia pun sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!

Waktu pun terus berlalu,  Muhammad Al-fatih, kini telah beranjak dewasa. Di usia yang masih tergolong belia, ia mengerahkan pasukannya dan siap berhadapan dengan pasukan konstantinopel. Bagaimana cara agar bisa melewati laut dan benteng yang tingginya 18 meter dan mengalahkan pasukan konstantinopel yang kuat itu?

Segala strategi ia lakukan. Namun gagal. Kemudian bangkit lagi mencari cara yang lain. Hingga akhirnya, ia melakukan strategi yang hingga kini sulit dipercaya. Ia memerintahkan pasukan meminyaki kapal dan membabat hutan. Ya, ia akan melayarkan 70 kapalnya melewati jalan darat perbukitan. Ia berhasil mendobrak banteng Konstantinopel. Hal ini membuat pasukan Romawi kocar-kacir dan terheran-heran. Bagaimana bisa ia mengendarai kapal perangnya melewati perbukitan? Demikian kelanjutannya hingga keangkuhan benteng Konstantinopel akhirnya runtuh dan berhasil ia taklukan dalam semalam di usinya yang masih 21 tahun.

PESAN DARI KISAH TERSEBUT..

Seorang pejuang harus memiliki visi yang kuat dan memegang teguh visinya. Seperti keteguhan Muhammad Al Fatih yang mengemban visi Rasulullah SAW bahkan sejak dari masa kanak-kanak. Visi yang sudah dicita-citakan harus dilestarikan. Setiap pagi, Al Fatih selalu melihat banteng tersebut dari kejauhan dan menanamkan kepada dirinya bahwa suatu hari banteng tersebut akan jatuh dibawah kekuasaannya. Lestarikan imipian dan visi Anda!

Dan seperti yang dilakukan oleh Al Fatih, sudahkah Anda memantaskan diri Anda untuk menghidupkan visi Anda tersebut? Sudah pantaskah diri Anda?

Wassalam
Salam Sukses,

(*) Divisi SDM PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA (Syari'ah)

0 komentar:

Posting Komentar